Social Icons

twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

14 Juli 2014

SMS Untuk Pak Dirut KAI


Masih ingat dengan penggusuran pedagang besar-besaran yang di lakukan oleh pihak KAI? Hampir semua stasiun jabodetabek tak luput dari penggusuran, Hiruk pikuk penggusuran lapak pedangan yang di lakukan oleh pihak KAI dan di bantu oleh pihak TNI dan polri itu membuat para pedagang tak berdaya dan harus merelakan lapak nya di hancurkan.

Ada sebuah kejadian yang luput dari media saat proses penggusuran lahan pedagang terjadi khusus nya penggusuran di stasiun UI dan pondok cina , penggusuran yang membuat jonan harus berperang melawan mahasiswa UI di media sosial peristiwa itu di ungkap dalam buku " Jonan & Evolusi Kereta Api ".

Tak banyak yang tahu bahwa salah satu yang  paling cemas dan juga marah atas penggusuran tersebut adalah Natalia Wulan, mahasiswi Diploma III Universitas Indonesia. Dia anak pertama pasangan  Budi Santoso dan Kristiana. Orangtua Wulan adalah salah satu pedagang di Stasiun Pondok Cina, Stasiun yang letaknya bersebelahan dengan Stasiun UI dan pedagangnya, seperti juga Stasiun UI, menolak penggusuran dan penolakan mereka didukung mahasiswa UI.

Wulan tahu, keluarganya dan biaya kuliahnya berasal  dari  kios ayahnya. Ayahnya sudah memberitahu, jika kios mereka di Stasiun Pondok Cina digusur, maka kemungkinan besar dia tak akan bisa kuliah karena itu berarti matapencarian mereka hilang.

Didera kecemasan dan keprihatinan nasib orangtuanya,  Wulan lantas mencari informasi nomor telepon Jonan. Ternyata sejumlah mahasiswa UI, khususnya para aktivis BEM, memiliki nomor telepon Jonan.
Maka, pada suatu malam di bulan Januari, gadis 19 tahun ini mengirim SMS ke Jonan. Ia menulis, “Bapak, bagaimana sih kok tega banget menggusur tapi tidak ada relokasi.  Kasihan orang-orang yang dagang dan anak-anaknya termasuk saya. Saya terancam putus kuliah  karena bapak saya tidak punya pekerjaan lagi.” Ia mengirim SMS itu dan tak berharap banyak akan dibalas.

Tapi, siapa sangka sms nya wulan di respon positif oleh jonan, beberapa menit kemudian, sebuah SMS masuk. Pengirimnya ternyata Jonan.Yah sudah, kuliahmu saya tanggung sampai kamu lulus kuliah.” Demikian isi SMS itu. Singkat, tapi mengejutkan. Sebuah balasan yang sama sekali tidak dia duga.  Lalu belum lagi keterkejutannya hilang,  datang SMS Jonan lagi, memintanya menghubungi sekretarisnya besok pagi. SMS dari orang tertinggi di jajajaran PT KAI itu ia sampaikan kepada bapak ibunya. Mereka bersyukur.  “Saya dan orangtua benar-benar tidak menyangka, kaget,” kata Wulan.

Esok harinya, belum lagi ia menemui sekretaris Jonan,  ia ditelepon staf Jonan. Rupanya hanya dalam hitungan jam, Jonan melakukan koordinasi dengan anak buahnya untuk  mewujudkan janjinya terhadap  Wulan.

Tak berselang lama, PT KAI mentransfer sejumlah uang untuk biaya kuliah Wulan, termasuk membayar SPP-nya. Wulan mengirim SMS kepada Jonan, mengucapkan terimakasih. Jonan menjawab,  berpesan agar dia belajar sebaik-baiknya.

Sampai kini Wulan belum pernah bertemu Jonan. Ia ingin suatu ketika bisa bertemu dengan Direktur PT KAI ini.  Bapaknya, yang sebelumnya pedagang buku bekas, kini bekerja dengan orang.  Buku-buku bekas dagangannya  di Stasiun Pondok Cina dijual ke pasar buku bekas di Senen, Jakarta Pusat. Wulan berjanji akan belajar sebaik mungkin agar tak mengecawakan orangtuanya dan Jonan.

Terlepas benar atau tidaknya kisah di atas ada baiknya kita berpikir positif terhadap Jonan, di balik sikapnya yang tegas dalam memimpin KAI masih ada rasa peduli terhadap sesama.  


Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar